Kalo kita lebih jauh lagi :
(11) Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.
(12) Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.
Kita tahu bahwa jaman itu, bahwa "jarak" antara manusia dan Allah begitu dekat sehingga dialog manusia dan Allah layaknya antara dua orang yg sedang berbicara. Buktinya, kain yang sudah membunuh habel pun masih bisa "tawar-menawar" dengan Allah. BTT, Pada ayat 11, dinyatakan bahwa bumi itu telah "rusak" di hadapan Allah. Coba bayangkan, Allah yg nature-Nya adalah Segala Yang Maha menyatakan bahwa bumi telah rusak (ayat 11) & sungguhlah rusak benar (ayat 12), kira-kira "seberapa parahkah level kerusakannya"? Tidak terbayangkan oleh otak manusia sebab semua manusia saat itu menjalankan hidup yang rusak di bumi.
Jadi wajar & pantaskah Allah menyesal? Sangat amat teramat wajar dan pantas.
(11) Adapun bumi itu telah rusak di hadapan Allah dan penuh dengan kekerasan.
(12) Allah menilik bumi itu dan sungguhlah rusak benar, sebab semua manusia menjalankan hidup yang rusak di bumi.
Kita tahu bahwa jaman itu, bahwa "jarak" antara manusia dan Allah begitu dekat sehingga dialog manusia dan Allah layaknya antara dua orang yg sedang berbicara. Buktinya, kain yang sudah membunuh habel pun masih bisa "tawar-menawar" dengan Allah. BTT, Pada ayat 11, dinyatakan bahwa bumi itu telah "rusak" di hadapan Allah. Coba bayangkan, Allah yg nature-Nya adalah Segala Yang Maha menyatakan bahwa bumi telah rusak (ayat 11) & sungguhlah rusak benar (ayat 12), kira-kira "seberapa parahkah level kerusakannya"? Tidak terbayangkan oleh otak manusia sebab semua manusia saat itu menjalankan hidup yang rusak di bumi.
Jadi wajar & pantaskah Allah menyesal? Sangat amat teramat wajar dan pantas.